Tuhfat Al-Nafis adalah kumpulan cerita mengenai silsilah raja-raja Melayu, Bugis, Siak, Johor, sampai Singapura beserta riwayat kerajaannya. Menurut R. O. Winstedt, teks ini merupakan karya terpenting dalam serangkaian karangan Melayu yang berbentuk sejarah selain Sejarah Melayu.[2] Secara keseluruhan karya ini masih mirip dengan Salasilah Melayu dan Bugis. Selain itu, Tuhfat Al-Nafis sering digunakan sebagai bahan rujukan bagi penyusunan sejarah Riau dan Johor, serta masalah-masalah lain bangsa Melayu.
Teks Tuhfat Al-Nafis sedikit berbeda dengan teks karya-karya sejarah lainnya. Penulisan teks ini cenderung lebih serius bila dibandingkan dengan karya sejarah yang muncul sebelumnya karena bagian mitos dan legenda hampir-hampir tidak dinyatakan dalan teks ini. Selain itu, dalam teks sastra sejarah biasanya tidak mencantumkan tarikh dan nama pengarang, tetapi dalam Tuhfat Al-Nafis terdapat tarikh tahun dan dapat diketahui siapa pengarangnya. Hal ini disebabkan pengarang abad ke-19 telah berani bertanggung jawab atas karya-karyanya, di antaranya adalah Raja Ali Haji. Raja-raja keturunan Bugis pada masa itu biasa menulis catatan harian sehingga mencantumkan tanggal dan tahun menjadi hal yang biasa bagi mereka.
Manuskrip Tuhfat Al-Nafis
Pada tahun 1991 telah ditemukan dan dikenal pasti lima buah manuskrip Tuhfat Al-Nafis, yaitu Manuskrip A, B, C, D, dan E.
1. Manuskrip A terdapat di Koninklijk Instituut voor Taal-land-en Volkenkunde, KITLV or 69 (sebelum ini disebut HS 630), tanpa judul, dengan tarikh asal 17 Rajab 1283, pemiliknya yaitu A. L. Van Hasseld.
2. Manuskrip B terdapat di Royal Asiatic Society London, tanpa judul, tarikh asal 17 Rajab 1282, pemiliknya adalah Tuan William Edward Maxwell C. M. G.
3. Manuskrip C berbahasa Jawi, pemiliknya Tengku Fatimah, puteri Sultan Abu Bakar, Johor.
4. Manuskrip D terdapat di Perpustakaan Dewan Bahasa dan Pustaka dengan judul Sejarah Raja-raja Melayu dan Bugis.
5. Manuskrip E terdapat di Perpustakaan Universiti Leiden dengan judul Tuhfat Al-Nafis. Manusrip ini diserahkan kepada Universiti Leiden oleh Dr. A. Rinkes tahun 1954.
Kelima manuskrip di atas terbagi menjadi dua versi, satu berupa versi pendek dan empat lainnya berupa versi panjang. Versi pendek kurang lebih terdiri dari 88000 perkataan, sedangkan versi panjang terdiri dari sekitar 127000 perkataan.
Perbedaan versi pendek dan versi panjang:
1. Pada versi pendek tidak terdapat salawat dan salam (mukadimah) di awal cerita.
2. Versi pendek mengunakan kata-kata yang lebih pendek tanpa sebutan gelar, penegasan kata dan partikel-partikel.
3. Versi panjang menyebutkan sebuah peristiwa atau objek secara jelas.
Teks versi pendek adalah teks yang dikarang oleh Raja Ahmad (Engku Haji Tua). Teks versi panjang adalah teks pendek yang telah ditulis kembali dan dilengkapi oleh Raja Ali Haji (putra Raja Ahmad). Versi yang lebih panjang mempunyai beberapa hal tambahan mengenai kehidupan Raja Ali dan istrinya di Pulau Pinang, keuzurannya dalam perjalanan ke Juana, dan cerita-cerita tentang pengajaran agama. Penulisan versi pendek diperkirakan selesai pada November 1866 dan penulisannya kembali dimulai saat itu hingga wafatnya Raja Ali.
Sumber :
http://penjualkenangan.blogspot.com/2010/12/tuhfat-al-nafis-sebagai-sastra-sejarah.html
No comments:
Post a Comment